11/29/2013 (All day)
Jakarta--Memberikan pelajaran sejarah kepada peserta didik bukanlah
perkara mudah. Pelajaran sejarah dianggap membosankan, kuno, dan tidak
perlu dipelajari. Namun, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi
Trijono, seorang guru sejarah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1
Tulungagung, Jawa Timur.
"Anak-anak
dalam kelas saya setelkan film untuk mencintai dulu pelajaran sejarah,"
kata Trijono di Kemdikbud, Jakarta, Jumat (29/11/2013).
Trijono diundang secara khusus oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemdikbud) untuk menerima Anugerah Peduli Pendidikan (APP)
bersama 28 penerima penghargaan lainnya. Penghargaan akan diserahkan
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh, Jumat
(29/11/2013) malam di Kemdikbud, Jakarta.
Setelah anak mulai
tertarik dengan sejarah , kata Trijono, mereka diajak mengunjungi
situs-situs peninggalan sejarah dan kepurbakalaan di wilayah
Tulungagung. "Anak-anak saya ajak ke lapangan dan meneliti. Di
Tulungagung banyak sekali peninggalan sejarah mulai zaman prasejarah
sampai masuknya Islam," kata alumnus Jurusan Sejarah Fakultas Sastra
Universitas Udayana ini.
Trijono dinilai memberikan
kontribusi nyata dan memiliki kesadaran, komitmen, dan kepedulian
terhadap dunia pendidikan. Penghargaan APP diberikan setiap tahun oleh
Kemdikbud sejak 2010.
Menurut Trijono, cara mengajar yang
baik adalah dengan memberikan teori di kelas, praktik di lapangan,
melakukan penelitian, dan menghasilkan karya. "Banyak guru cuma
(mengajar) di kelas. Ini tantangan bagi guru kita semua. Anak makin
kritis ketika di lapangan," katanya.
Trijono mengungkapkan,
pernah saat istirahat usai pelajaran, dia dihampiri dan ditanya oleh
siswanya. "Pak ini fosil bukan?" katanya menirukan ucapan siswanya.
Siswa itu menunjukkan kerang-kerangan yang diperoleh di kebun rumah
neneknya.
Setelah meminta bantuan antropog dari Universitas
Gadjah Mada dan Universitas Airlangga, temuan tersebut belakangan
diketahui merupakan fosil Kelas gastropoda Fillum mollusca. "Saya sempat
dituduh mencuri oleh pemerintah," katanya.
Melalui
perjuangannya, kejadian ini akhirnya menyadarkan pemerintah setempat
untuk membuat peraturan daerah tentang perlindungan terhadap benda-benda
sejarah seperti fosil temuannya.
Dengan mengajarkan sejarah
ke lapangan, kata dia, hal ini juga menimbulkan empati terhadap
siswanya. "Bahwa peninggalan sejarah perlu dilindungi dan dilestarikan,"
katanya.
Trijono secara aktif terlibat di Komunitas Kajian
Sosial dan Budaya (KS2B). Dia juga berhasil menemukan lokasi kerja
Eugene Dubois, seorang dokter Belanda yang menemukan tengkorak manusia
purba homo wajakensis pada tahun 1889.
Pemerintah setempat
menyambut baik atas temuan ini dan berencana membuat monumen di sana
serta menjadikannya lokasi wisata ilmiah. (ASW).
0 komentar: